Kamis, 01 Juli 2010

Kunjungan ke KANTIN SADOET | Muara Enim, 8 April 2010

Dalam lawatannya ke kampung halaman saya pada bulan Maret s.d. April 2010 yang lalu, istri saya sempat saya minta berkunjung ke sebuah tempat bersejarah di bilangan Muara Enim, yaitu Kantin Sadoet. Meskipun tak mengerti betul mengapa saya menyebutnya "bersejarah", ditemani seorang kakak yang kebetulan tinggal tak jauh dari Kantin Sadoet, istri saya menyempatkan diri berkunjung ke sana.

Dari kunjungan dadakan tersebut, didapat beberapa hasil jepretan kamera handphone kualitas pas-pasan, plus wawancara kecil dengan Bu Sadoet.

Rangkuman berikut ini adalah flash-back mengenai Kantin Sadoet (dari hasil wawancara kecil dengan Bu Sadoet):

1. KANTIN SADOET adalah sebuah warung yang berdiri persis menempel bangunan pagar belakang SMA Negeri 1 Muara Enim, di Jalan Kopral ... (TBA) di kawasan Pelita Sari.

2. Pemilik KANTIN SADOET adalah Bu Saadah, perempuan setengah baya yang berasal dari daerah Banyumas, Jawa Tengah. Bu Saadah menikah dengan pria asli Dusun Muara Enim, dan mulai menetap di Pelita Sari sejak tahun 90-an. Kata SADOET adalah sebuah produk budaya. Kebiasaan umum masyarakat asli Muara Enim yang unik dalam memanggil orang dekat, membuat nama aslinya, Saadah, bermetamorfosis menjadi 'Sedah', lalu 'Sedut'. Kata 'Sedut' inilah yang kemudian dilafalkan oleh siswa SMA Negeri 1 Muara enim menjadi 'Sadut' (dalam aksara gaul ditulis: SADOET).

3. KANTIN SADOET 'berjaya' antara tahun 1994 s.d. awal tahun 2000an. KANTIN SADOET berhenti beroperasi seiring perubahan signifikan dalam kehidupan keluarga Bu Sadoet, yaitu pernikahan putrinya.

Suasana di halaman depan rumah Bu Sadoet

Cucu tercinta dalam gendongan, dan suami dari Bu Sadoet.
Kantin itu kini sudah tidak dipakai jualan lagi. Bekas bangunan bersejarah ini sekarang dijadikan kamar salah seorang anak Bu Sadoet yang sudah berkeluarga.

 
bagian samping warung

bagian samping warung (re-take)

 
View makro halaman depan rumah Bu Sadoet.

 
Halaman depan warung.


Dalam pertemuan singkat tersebut Bu Sadoet sempat menanyakan, "suami kamu (saya) sekolah di sini tahun berapa?". Ketika dijawab, Bu Sadoet tampak tak terlalu kesulitan mengingat dan mengenali kembali satu per satu nama siswa yang memang pernah menjadi pelanggan tetap warungnya dulu.

Demikianlah, pada dasarnya Bu Sadoet hingga kini tak pernah lupa pada segelintir gerombolan siswa-siswa aneh SMANSA Muara Enim yang entah mengapa memiliki sikap 'memberontak', senang bergerilya dengan gurunya penegak peraturan sekolah, dan menjadikan KANTIN SADOET sebagai 'tempat berlindung'. Hal yang suka tidak suka membuat label macam-macam tentang KANTIN SADOET.

Siswa-siswa tersebut memang aneh. Terlebih karena mereka notabene bukan siswa sembarangan dalam kemampuan dan prestasi akademik.

Di era 90-an banyak di antaranya justru berasal dari kelas 3A1/Fisika.