Minggu, 12 Juni 2011

Gudeg Mlekoh Ada di Manggarai

Sebagai orang yang memiliki motherland Jogja… walaupun kelahiran Makassar dan menghabiskan sebagian besar masa edar sebagai manusia di Jakarta, lidah tak pernah bisa dipisahkan dari Gudeg. Ya masakan khas Jogja yang terdiri dari nangka muda yang konondiolah selama 24 jam bersama gula jawa dan aneka rempah lain hingga membuatnya jadi makanan tanpa gizi tapi kelezatannya tak tertandingi. Gudeg an sich tanpa segala macam ubo rampenya seperti tahu-tempe bacem, ayam, telor, aneka jeroan mampu membuat saya termehek-mehek menikmatinya apalagi jika ditambah segala macam ubo rampe itu.

Tapi lidah Jakarta juga selalu berontak atas rasa yang terlalu manis pada sebagian besar Gudeg, jadi manakala ke Jogja -saya tidak selalu bisa menikmati hidangan Gudeg yang ada. Gudeg terlalu manis, gudeg basah dengan kuah santannya tak bisa melewati gerbang mulutku (hehehe), mungkin ini kesombongan seorang pemilih saat supply begitu tinggi. Maka akhirnya saya hanya makan Gudeg yang terletak sepelemparan batu dari Hotel Kumbakarno di Jln. Mangkubumi…kata mbak-ku yang jadi penghuni Jogja karena menikahi pria Jogja…itu jalan Sosrowijayan.

Gudegnya gudeg kering dengan areh yang juga sudah mengering…tak terlalu manis….kalau sedang di Jogja, tiap pagi atau siang saya akan jalan kaki dari rumah keluarga di Bumijo ke situ. Saya tak pernah menyentuh gudeg favorit Bude atau yang disediakan mbak-ku di meja makan…soalnya bukan gudeg Sosrowijayan itu. “Dasar bocah (?) keras kepala,”begitu Bude ku komplain soalnya Bude beli gudeg favoritnya sampe ngenthir jalan sendiri ke daerah Tugu…padahal beliau dah berusia 76 tahun.

Di Jakarta walaupun tak seheboh keberadaan restoran Padang tapi Gudeg juga eksis. Aku cobain dari satu tempat ke tempat lain…yang ngetop seperti Gudeg Matraman bagiku kok ya biasa saja, gudeg di apotek Rahmat - Jln Supomo kata adikku enak tapi bagiku biasa saja. Bahkan warung-warung kaki lima yang menjual gudeg sudah ku satroni termasuk hingga daerah Pondok Labu…pencarianku menemukan jawabannya di suatu rumah makan gudeg yang sederhana tapi rame di daerah Manggarai.

gudeg…menyambut tamu

RM Gudeg ini sudah berdiri sejak tahun 70an saat kawasan Manggarai-Pasar Rumput belum serapi sekarang, mulanya ia hanya merupakan warung senggol di tepian Kali Manggarai bercampur bersama dagangan onderdil sepeda dan barang-barang kelontong yang tergelar sepanjang kali Manggarai. Saat kawasan itu ditertibkan maka seluruh pedagang sepanjang pinggiran kali di pindahkan dan Gudeg Jogja itu menempati bangunan toko permanen tepat di muka Terminal Bis Manggarai dan Pasaraya Manggarai.

Gudeg kering dengan rasa yang tidak terlalu manis sudah disesuaikan dengan lidah warga Jakarta yang heterogen…beberapa lauk dilengkapi dengan santan yang mlekoh dimana santan mlekoh ini ditaburkan juga di atas gudeg….huuuum, sluuurp. Bahkan Eko Patrio terang-terangan di TV pernah memuji Gudeg Manggarai ini.

lauk bersantan

Silahkan menikmati pemandangan lebih jauh dari hidangan yang tersedia:

Aneka lauk Gudeg

Jeroan

Saat kuajak kemari, temanku terperangah melihat baskom-baskom berisi makanan-makanan itu, “Emang tuh makanan bakalan habis,” jangan salah-siangan dikit baskom-baskom itu sudah harus diisi kembali. Karena pembeli selain datang untuk makan di tempat juga banyak ibu-ibu yang membungkus untuk dibawa pulang. Makan disini sangat terjangkau kantong…kami berempat makan gudeg komplit cuman menghabiskan Rp.60 ribu saja….

So tunggu apalagi…buka dari Senin s/d Minggu…Jam 08 pagi sudah buka …Biasanya kalau pagi, Ibu Sepuh si pendiri RM Gudeg ini yang melayani. Siangan dikit beliau istirahat dan digantikan anak-anak perempuannya yang melayani…
buntil juga ada

buntil juga ada

Oleh: Daveena, Kompasiana Kompas.Com, 25 July 2010 | 00:01
www.daveenaar.wordpress.com

Tidak ada komentar: